Jumat, 31 Maret 2023

Pertempuran Kerambik dan Samurai: Awal Penegakan Panji Kemerdekaan di Puncak Andalas (3)

Minggu, 05 Agustus 2018 | 14:01:44 WIB


Foto kerambik yang digunakan saat perang oleh hulubalang Kerinci
Foto kerambik yang digunakan saat perang oleh hulubalang Kerinci / Istimewa/M Ali Surakhman

Oleh : M. Ali Surakhman

 

SUATU hari datang satu regu tentara Sekutu dari Padang dengan alasan untuk mencari pilot pesawat sekutu yang jatuh + 12 km dari Kota Sungai Penuh, yaitu di Renah Kayu Embun. Karena itu semangat pemuda kita untuk menyerbu tentara Jepang kian meningkat, pada mulanya dapat dikendalikan oleh A. Thalib.

Namun akhirnya semangat rakyat waktu itu tidak terkendalikan, maka pada awal September 1945 terjadi duel senjata antara pejuang dengan tentara Jepang, pertempuran ini berjalan selama 2 jam 30 menit dari pukul 14.30 sampai 16.00 WSU yang mengakibatkan dari pihak pejuang 2 orang gugur dan 2 orang luka parah.

Yang gugur tersebut adalah: Ali Bungkar, dan Abdu, sedangkan yang luka parah waktu itu bernama Rachmatun Saman Nasution dan Sidi Liuk. Lusanya pada bulan September 1945 tersebut, dilakukanlah penyerbuan ke markas Jepang yang dikomandoi oleh A. Thalib tepat pada jam 22.00 malam. Sebelumnya dapat diketahui, tentara Jepang telah membuat pertahanannya terdiri karung-karung pasir dan semen.

Penyerbuan ini dilakukan dari 3 jurusan tatkala hujan turun dengan derasnya. Penyerbuan tersebut didahului dengan menyusupnya 7 orang hulubalang berani mati dengan telanjang badan (hanya pakai celana dalam) dipimpin oleh Makmun alias Tuwo Rajo, hulubalang lainnya yaitu Mat Agus, Mat Daud, Mat Jamil, Makmur, Zinal Ali dan H. Pangeran.

Telanjang dimaksud untuk dapat membedakan antara pasukan Kerinci dengan pasukan Jepang. Pertempuran ini mulai dari jam 22.00 malam sampai dengan jam 3.00 pagi, yang mana hulubalang itu mempergunakan senjata tajam klewang dan kerabit.

Karena kejadian itu maka pada jam 4.00 pagi semua tentara Jepang buru-buru meninggalkan kota Sungai Penuh menuju Kayu Aro dan selanjutnya terus ke Muara Labuh, dengan membawa mayat-mayat dan tentaranya yang luka-luka.

Menurut saksi mata, mayat-mayat tentara Jepang yang tewas + 20 orang, kemudian mayat-mayat tersebut dikremasi (dibakar) di daerah Sako Duo (Kayu Aro) sebelum mereka melanjutkan perjalanannya ke daerah Muara Labuh.

Sehari sebelumnya, tentara Jepang mengepung Pasanggrahan di Kayu Aro, disana sedang berada 2 orang anggota Badan Penyelidik yaitu Anwar Bey (Syui) dan Alamrus Yunus. Keduanya ditugaskan oleh A. Tlialib menyusun organisasi pejuang di Kayu Aro.

Alamrus Yunus dapat meloloskan diri dari sergapan Jepang. Sedangkan Anwar Bey (asal Palembang) sampai saat ini tidak ada berita hidup atau matinya.

Setelah tentara Jepang meninggalkan Kerinci, maka untuk kelancaran roda pemerintahan waktu itu, atas usul 12 Kepala Mendapo seluruh Kerinci dan Komite Nasional dipilih kembali dengan susunan :

Ketua : H. Adnan Thaib.

Wakil Ketua : H. Muchtarudin.

Wakil Ketua : A. Rahman Dayah.

Sekretaris I : Djanan Thaib Bakri.

Wakil Sekretaris : M. Yahu.

Bendahara : Agus Sutan Salim.

Pada kwartal pertama tahun 1946, keluar Surat Keputusan Residen Sumatera Barat tentang pengangkatan H. Adnan Thaib menjadi Demang Kerinci. Oleh karena itu, maka untuk mengisi jabatan Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) daerah Kerinci yang lowong, telah dipilih H. A. Rahman Dayah sebagai Ketua KNI daerah Kerinci. (***/selesai)

Sumber :

- Perjuangan Rakyat Kerinci, Alimin Dpt

- Arsip Nasional Korp Veteran RI


Penulis: M. Ali Surakhman
Editor: Herri Novealdi



comments