Karya: Nafri Dwi Boy*
Menjadi Indonesia, pagi hari menjelang matahari terbit
Cahaya membawa wajah merdeka dari balik perbukitan tua
Di setiap sudut bangsa pertengahan Agustus selaksa peristiwa
Pawai mobil-mobil hias memamerkan kemeriahan
Dari knalpot dan asap yang mengepul tinggi, tercium aroma tanah
Dari para penonton berbaju sampah berwajah tanah
Perayaan upacara di tengah lapangan tua
Bekas rumput-rumput dipaksa menemu ajal
Belukar tempat primata menetap, terbakar pada satu hari kemerdekaan
Barisan peserta terhambur rapi pada garis lurus semu
Stelan baju batik tampak masih baru
Meski beberapa di antara mereka masih mencicil
Di sebelah mimbar, dekat pembina upacara
Beberapa ayah Indonesia dengan pakaian kuning lusuh
Menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa sebab.
Mobil-mobil hias terparkir rapi, di sebelah barisan yang juga rapi
Kemeriahan gempita hanya untuk orang-orang merdeka
Bebas dan lepas dari seluruh persoalan.
Menjadi Indonesia, pada bulan Agustus hari ke tujuh belas
Kemudian saat matahari terbenam dan hari berganti
Orang-orang sibuk menusuk bangsa sendiri.
Indonesia, 17 Agustus 2018
*) Penulis adalah mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unja. Komunitas Gemulun Indonesia