JAMBI – Beras impor untuk wilayah Jambi yang didatangkan Pemerintah Indonesia, ternyata tidak langsung didatangkan ke Jambi. Ini karena Jambi tidak memiliki pelabuhan besar, sehingga tidak bisa langsung masuk ke daerah itu.
Kabid Pengadaan Operasional dan Pelayanan Publik Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Provinsi Jambi Saidi mengatakan, beras impor untuk Jambi didatangkan dari bulog yang surplus berasnya. Ini merupakan pergerakan beras dari Bulog satu ke Bulog yang lain.
Sebab, lanjutnya, beras impor hanya dapat dilalui pelabuhan besar seperti di Sumatera Barat, Medan, Lampung, dan Jawa. Pembongkaran sejak awal proses pengiriman dari negara importir, tujuannya langsung dikirim ke provinsi yang tersedia pelabuhannya dan Jambi bukan daerah pengadaan namun daerah penyaluran.
"Wilayah Jambi merupakan daerah penyaluran, sehingga Jambi mendapat pengiriman dari Lampung sebesar 1000 ton, itu beras dari Vietnam dan dari Sulawesi Selatan 2000 ton,” ujarnya.
Selain itu, Jambi juga mendapat tambahan dari Lampung, namun pengadaan dalam negeri sebanyak 1000 ton. “Saat ini stok beras di Jambi untuk 5 bulan ke depan aman. Untuk wilayah Jambi penyaluran beras ditiap bulannya hanya 1300 ton," ujarnya.
Disampaikannya, sekarang ini stok bulog sedang dalam perjalanan dari Sulawesi Selatan sebanyak 2 ribu ton dan telah dua minggu ini belum sampai. Diprediksi saat Idul Adha akan tiba ke Jambi.
"Oleh karena itu, bulog harus miliki persediaan stok 3-5 bulan ke depan. Harga beras bulog dalam operasi pasar Rp 9.450,00 perkilonya," bebernya.
Saidi juga berpesan, agar Bansos di masing-masing kabupaten segera menyalurkan ke masyarakat beras sejahtera (rastra) karena ini perintah langsung dari kementerian sosial. Dikatakannya, realisasi Rastra di provinsi telah mencapai 90,70 persen sepanjang Januari hingga pertengahan Agustus 2018.