Masa itu adalah seorang anak raja/dari Inderapura itu bernama Sultan Galumat. Kemudian dari pada kerajaannya telah dibuang oleh rapat menteri/ sebab tidak tertahan oleh isi negeri daripada sangat gagah dan perkasa Sultan Galumat itu di/ kira2kan orang tidak kurang di dalam empat lima hari seorang manusia mati dibunuhnya. Maka Baginda/ itu sampailah ke Kerinci pada sumah Dupati Raja Muda itu dan dipeliharanyalah seperti patut oleh Raja Muda/ itu. Dalam antara itu maka adalah Sultan Galumat berbuat taksir pula, jadi hamillah perempuan yang memelihara makannya. Kemudian maka dinikahnya, adalah sekira-kira sampar mad, maka lahirlah anak daripada perempan itu laki2 yang tiada berlainan dengan/ rupa bapanya, di belakang Sultan Galumat telah turun ke Palembang. Setelah sampai usia anak Sultan Galumat itu kira2 enam/ tahun, maka iapuan berdirilah menjadi raja Muda pula.
Maka tersebut pula ihwal negeri Inderapura itu. Dengan takdir/ Allah ta”ala maka datanglah perang, jadi selisih di antara Yang dipertuan Sultan Permansyah dengan Kempani Walanda. Telah/ sampailah tiga tahuan berperang itu, maka Yang dipertuan Sultan Permansyah undurlah ke Batayan pada kampung yang empat/langgam, serta Yang dipertuan pun teringatlah akan sumpah setia yang diperbuat nenek moyang di atas Bukit Tinjau Laut./ Maka menyuruhlah Yang dipertuan ke Kerinci. Setelah itu maka turunlah Raja Muda itu duduk pada negeri Inderapura sembilan bulan sebelas hari pada tanah Batayan kampung yang/ empat langgam. Dengan takdir Allah ta”ala berhentilah peperangan itu dan amanlah negeri.
Maka Yang dipertuan membaharu sumpah setio dengan Raja Muda/ itu pada hari Arba” di atas Pulau Persumpahan, tatkala maniti di balakang buaya kumbang di kanan dimudiknya pohon telang kuning, dihilirnya/ kubangan batu berduri, didaratnya pasir genting Dusun Pasir di bawah nibung ditaku raja, supaya jadi kenyataanlah negeri Inderapura/ dangan Kerinci jadi satu. Akan Sengada tuha hulu balang itu, dibawalah serata bersumpah setio serata dikurnia memakai gelar Raja Simpang Bumi Berdarah/ Putih, sebab daripada sangat kasih Raja Muda itu, terlebih redlanya Yang dipertuan pun sangat kasih pula akan Sengada itu karena yakinnya/ memeliharakan anak Yang dipertuan Puteri Jilan serta diberilah kurnia sapucuk bedil, sebilah keris, suatu momongan serta kepeng tembaga/ kalung Puteri Jilan itu.
Jadi kenyataan dia sangat berani akan jadi pagar parit Raja Muda. Dan tatkala itu bertambahlah gelar Raja Muda itu/ Baginda Raja Muda. Dengan itu dinyatakan asal-asal kedatangannya dari Inderapura turun dari Minangkabau. Yang dipertuan Sultan Permansyah dengan/ Baginda Raja Muda membaharui sumpah setio di atas Pulau Persumpahan pada hari Arba” dua belas hari bulan Zulhijjah sanah 1022 (?) wallahu a”lam.
Beradasar Ranji Tinggi Kerajaan Indrapura. Peristiwa persumpahan Karang Setia terjadi pada tahun 1560 M, yaitu menurut Ranji (Tambo Tinggi) Indrapura yang tertulis dalam huruf Arab, Bahasa Melayu, yang ditranskripsikan sebagai berikut:
Isi perjanjian itu adalah sebagai berikut : “Isi Karang Setia Gunung yang memuncak tinggi, Lurah yang dalam, dan segala apa yang ada di dalamnya, adalah kepunyaan milik Kerajaan Indrapura.
Laut yang berdebur, pesisir yang panjang, adalah kepunyaan Raja Mudo Pancardat Alam Kerinci. Dan apabila hilang dan tersesat rakit Yang Di pertuan Kerajaan Indrapura ke gunung yang memuncak, hilang bercari terbenam diselami tertimbun digali, begitu juga apabila hanyut dan hilang rakit Rajo Mudo Pancardat Dipati Empat Helai Kain, Pegawai Raja, Pengawal Jenang, Suluh Bendang Alam Kurinci, hanyut dipintasi, terbenam diselami, hilang dicari, dan tertimbun dikekas, terbujur ke dalam laut diselami.Dan apabila musuh datang dari gunung Rakit Alam Kerinci yang menghadapinya, dan apabila musuh (bajau) datang dari laut, rakit Kerajaan Sultan Indrapura menghadapinya Apabila musuh datang dari dalam, dari tengah, sama di kepung. Yang uang kepeng sekepeng dibagi tiga.