Kamis, 30 Maret 2023

Menulis untuk Hidup

Sabtu, 28 Desember 2019 | 14:15:31 WIB


Lukman Hakim Dalimunthe
Lukman Hakim Dalimunthe / ist

Oleh: Lukman Hakim Dalimunthe

BEBERAPA minggu ini, saya sedang asyik-asyiknya mencari website yang membayar tulisan seorang penulis. Tulisan yang saya maksud tentang wisata dan budaya.

Maksud dari pencarian tersebut sebetulnya sangat sederhana sekali. Yang namanya seorang manusia, pasti membutuhkan "materi" untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Penulis tidak boleh lagi dipandang sebelah mata sebagai profesi yang tidak menjanjikan. Saya melihat banyak kok para senior yang "menulis untuk hidup". Iya, banyak. Tidak sedikit. Mereka sudah menjadikan "menulis" sebagai profesinya

Saya menemukan ada puluhan website yang membayar karya tersebut. Walaupun, ada sebagian yang membayar sangat murah. Tidak cukup untuk makan. Ada juga yang membayar mahal. Kisarannya saya tidak tahu pasti. Kemungkinan bisa sampai 1 juta per karya.

Daftar yang saya cari itu merupakan website yang fokus dengan wisata atau kebudayaan. Tidak ada isi kontennya selain itu. Saya tidak mencari website yang memuat semua hal. Seperti berita, teknologi, sains, dan sebagainya.

Website seperti itu banyak yang membayar tulisan para penulis. Bayarannya pun tergolong mahal. Sebut saja, tempo.co, kompas.com, detik.com, jawapos.com, tirto.id, historia.id dan lain-lain.

Saya sudah menjadikan "menulis"  sebagai profesi untuk melanjutkan hidup. Cuman itu yang saya suka dan bisa untuk saat ini. Selain mendapatkan materi, saya juga "abadi".

Wajar saja saya mencari website yang membayar penulisnya dengan rasa kemanusiaan yang tinggi. Tidak mudah menulis itu. Apalagi mengenai wisata dan kebudayaan.

Sudah tentu penulis tersebut harus banyak membaca dan terjun langsung ke lapangan. Apakah itu tidak membutuhkan biaya? Butuh dong. Mulai dari minyak kendaraan, konsumsi, hingga perawatan kendaraan.

Belum lagi butuh kamera untuk mendokumentasikan segala hal indah dan unik yang disaksikan. Oh, banyak ya.

Bagaimana seharusnya media membayar para penulisnya? Sudah tentu harus manusiawi dan saling menguntungkan. Namanya juga manusia, harus bergotong royong kan? Wkwk

Sebenarnya ada banyak hal yang bisa mendatangkan pundi-pundi materi. Apa itu? Buat akun YouTube dan mulailah konsisten melahirkan video berkualitas.

Dari semua yang saya paparkan di atas, saya sama sekali belum pernah melahirkan karya di media-media tersebut. Saya hanya mencari dan suatu hari nanti akan saya tuangkan semuanya. Begitu! Wkwk

Berikut saya lampirkan link website yang membayar karya Anda;

1. https://travelingyuk.com/kontributor/dashboard

2. https://user.travelblog.id/register

3. https://idcorners.com/kontributor-indonesia-corners.html

4. http://sriwijayamagazine.com/your-stories/

5. https://airport.id/kontributor/

6. https://phinemo.com/guidelines/#

7. https://www.jalanbareng.com/contribute/amp/

8. https://www.melalay.com/kontributor/

9. https://blog.traveloka.com/komunitas/

10. https://indonesia.tripcanvas.co/id/kontributor/

***

Selain website di atas, masih banyak website yang membayar hasil karya Anda. Silahkan dicari sendiri sembari belajar mengenai ketentuan-ketentuan yang dibuat media tersebut.

Ada beberapa website yang fokus membahas perihal konten ke-islaman. Sebut saja islami.co, pecihitam.org, IBtimes.id, alif.id dan lain-lain.

Saya tidak tahu pasti berapa bayaran yang mereka berikan pada penulisnya. Silahkan langsung kunjungi websitenya.

Bagi para penikmat rokok, bisa juga membuat tulisan di komunitaskretek.or.id. Anda akan mendapatkan bingkisan dari pemilik media tersebut.

Selain itu, bagi yang mau ikut mendata kakayaan budaya di Indonesia, bisa ikut serta mencatatnya di sobatbudaya.or.id dan budaya-indonesia.org.

Ada juga beberapa media yang membayar hasil karya berbentuk poto dan video. Silahkan cari sendiri di google. Salah satunya netcj.co.id.

***

Saya yakin ke depannya banyak sekali media yang membayar tulisan kontributornya. Mengingat informasi yang buruk selalu bermunculan di media sosial. Hal ini harus diimbangi dengan tulisan-tulisan segar dan mendalam.

Tulisan-tulisan yang segar itu bisa lahir dengan jerih payah penulisnya dan imbalan yang manusiawi. Lalu apa yang sudah Anda tulis? Kalau belum ada, mulailah dari sekarang. Bisa juga dimulai setelah tahun baru. Masukkan sebagai salah satu rutinitas yang harus dilakukan tahun depan.

Jika belum bisa menulis, itu hal yang mustahil dan alasan klasik. Intinya hanya pada sejauh mana Anda membaca buku dan alam. Itu saja. Mari berkarya!

 * Penulis adalah pegiat literasi di Jambi, tinggal di Jambi


Penulis: Lukman Hakim Dalimunthe
Editor: Ikbal Ferdiyal



comments