Oleh: Hartika Iskandar *)
Aku Pradipta Mayang Guna. Semua orang di komplekku memanggilku Guna. Kata mereka nama itu unik dan cocok denganku. Padahal mama papaku memanggilku Adip. Aku rasa ini bukan masalah yang besar, karena Guna maupun Adip memang namaku.
Aku tinggal di kota kecil yang sedang berkembang. Rumah tempat aku dan keluargaku berteduh letaknya tidak jauh dari kali. Bisa dibilang kompleks perumahan kami di tepi kali. Aku dan teman-temanku menamainya Kali Mesat. Entah apa yang ada dipikiranku dan teman-temanku sehingga kami menamainya seperti itu.
Kali Mesat salah satu tempat kami bermain. Sepulang sekolah, buka baju dan sepatu, taruh tas di atas batu, lalu bersama-sama mencebur ke Kali Mesat. Aku, Abuy, Fiza dan Izzat menyejukkan badan dengan mandi di kali. Rasanya menyegarkan sekali.
Banyak tanaman-tanaman yang aku tidak tahu namanya tumbuh di tepi Kali Mesat. Abuy sering mengajakku dan teman-teman untuk memakan buah salah satu tanaman itu. Tubuh kami yang dingin karena habis mandi di kali membuat cacing di perut kami berdemo. Buah yang ditawarkan Abuy pun langsung kami sikat.
“Haahaahaa, lihat gigi kamu Guna. Biru semua,” canda Fiza.
“Kalian semua juga,” bela ku tak mau kalah.