Jumat, 31 Maret 2023

Algoritma Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas

Rabu, 23 Juni 2021 | 16:38:33 WIB


Amri Ikhsan
Amri Ikhsan / istimewa

Oleh: Amri Ikhsan *)

PANDUAN Penyelenggaraan Pembelajaran Pauddikdasmen di Masa Pandemi Covid-19 sudah dikeluarkan. Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi, begitu kata Mendikbud (Republika). Jika betul sesuai arahan Pemerintah, maka Juli 2021, setiap sekolah diharapkan bisa menggelar tatap muka.

Dari sisi pendidikan, langkah ini bisa dimaklumi untuk memulihkan learning loss, yang terjadi selama ini. Mengingat PJJ walau sudah disubsidi kuota pulsa miliar rupiah untuk guru dan siswa tetap tidak mampu menjawab masalah. ‘Perasaan siswa’, PTM adalah kabar gembira, kerinduan untuk kembali belajar di kelas. Mungkin ini ‘obat’ penyakit mental, stress karena terus di rumah selama pandemi.  Dari segi kesehatan? Beberapa daerah sendiri menyebut akan mempertimbangkan arahan Mendikbud Ristek itu. Gubernur Jawa Barat menjelaskan rencana sekolah tatap muka ditunda karena masuk dalam situasi zona merah dan siaga satu (Viva). Kematian anak karena covid naik, PTM wajib ditunda (Republika). Kemenag sudah melarang madrasah dibuka di zona merah (Kemenag).

Klaster covid-19 yang melibatkan guru atau murid kini mulai lagi ditemukan dibeberapa wilayah: di Pekalongan, Guru Tetap Memaksa Pergi ke Sekolah meski Sedang Demam, Ternyata Positif Covid-19, 33 Guru Lainnya Positif Corona. Bahkan siswa di Cimahi, Jawa Barat juga positif covid dari klaster sekolah. (Kompas.TV). 10 Guru SMP Negeri di Kulon Progo Terkonfirmasi Positif Covid-19. Klaster Sekolah di Jambi, 56 Siswa dan Guru SMA Positif Covid-19, Diduga gara-gara Abai Prokes. (Kompas.com). Varian baru covid-19 memang tidak bisa diangggap main, corona bermutasi menjadi cepat menular, dan sangat membahayakan. Tingkat keterisian rumah sakit mulai mengkhawatirkan, RS Covid-19 di Kabupaten Bogor Penuh, Pasien Meninggal Tanpa Sempat Dirawat (metro.tempo.co). Ruang ICU Pasien covid-19 di Depok Penuh (detiknews), Dinkes DKI Jakarta: Keterisian RS Wisma Atlet Sudah Penuh (CNN).

Walaupun pemerintah sudah menetapkan prinsip penyelenggaraan pendidikan:kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan merupakan prioritas utama dalam penetapan kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan. Tapi kenyataannya, guru masih ‘dipaksa’ harus hadir disekolah kadang kadang hanya untuk presensi tanpa mempertimbangkan kondisi pandemi, guru harus hadir apapun alasannya. Banyak pihak menilai, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan diyakini menimbulkan beberapa dampak kepada siswa, seperti scarring (ketakutan), learning loss dan literacy loss (minat belajar dan membaca memudar), siswa rentan putus sekolah yang dapat menurunkan kemampuan peserta didik lebih besar dibandingkan akibat libur sekolah.

Kalau memang sekolah/madrasah harus dibuka pada tahun pelajaran baru 2021/2022, perlu dipertimbangkan urutan perintah dan langkah langkah strategis guru dalam menjalankan tugasnya agar terjadi keseimbangan antara pendidikan dan kesehatan: belajar sesuatu yang mutlak dengan mengutamakan kesehatan. Kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah secara sistematis, terstruktur dan logis ini disebut Algoritma (merdeka.com). Ini merupakan urutan perintah yang logis yang dapat dikerjakan guru dalam waktu tertentu untuk menyelesaikan masalah pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran disaat pandemi adalah sebuah masalah harus diselesaikan dengan beberapa langkah yang logis. Dalam kehidupan sehari-hari, algoritma tergambar dengan berbagai macam hal, misalnya aktivitas memasak air: siapkan panci, masukkan air, tutup panci, letakkan panci pada kompor, hidupkan kompor, apabila air mendidih, matikan kompor, angkat panci dari kompor. Deretan langkah tersebut merupakan algoritma dari akitivitas memasak air. Karena urutan yang jelas, langkah diatas dianggap proses yang logis.

Setiap orang mungkin akan berbeda dalam menuangkan proses algoritma misalnya pergi ke Muara Bulian: 1)  dalam kasus ini si A, menggunakan mobil, melewati jalan ‘lurus’, , lurus hingga tiba di kantor; 2) si B bisa jadi akan membuat langkah-langkah yang berbeda walaupun dengan posisi awal dan tujuan yang sama. Lewat ‘Ness’, pada persimpangan belok kiri; 3) si C, lewat ‘Bertam’.  Namun yang terpenting adalah bagaimana suatu algoritma yang dibuat bisa lebih cepat dan efisien tentu akan lebih baik. Begitu juga urutan kerja guru saat pembelajaran selama pandemi, layak dibuatkan algoritma agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Pertama, masuk ke kelas dengan wajah ceria. Setiap ucapan dan tindakan guru harus menggembirakan siswa. Perhatikan penerapan 5M pada siswa. Pantau dengan cermat kondisi siswa, terutama untuk mengenali tanda-tanda adanya tekanan psikososial. Kalau ada siswa yang ‘tertekan’, segera diperhatikan, dihibur, dan beri semangat.

Kedua, jangan langsung mengajar. Ajak siswa ‘ngobrol’ pengalaman Belajar Dari Rumah (BDR), untuk mengetahui apakah siswa siswa benar benar belajar selama PJJ. Kalau siswa ‘bermasalah dengan BDR, tetap beri semangat, jangan ‘marah marah’.

Ketiga, lakukan learning recovery, pulihkan dulu semangat belajar siswa. Ulangi materi pembelajaran yang pernah diberikan selama BDR. Jangan ‘ceramahi’ siswa.

Keempat, Lakukan Pembelajaran. Dan harus diingat. Setiap peserta didik unik, memiliki peta jalan belajar yang berbeda, dan tidak perlu dibandingkan dengan siswa lain. Pembelajaran jangan dulu mengacu kepada standar kurikulum, yang penting siswa mau belajar dulu.

Kelima, berkomunikasi santun dengan siswa, kombinasikan pembelajaran campuran (tatap muka dan jarak jauh) dengan memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan terdiferensiasi yang bersifat inklusif dan kontekstual. Pembelajaran harus memotivasi siswa untuk berfikir kritis, logis, dan sistematis. Berikan penugasan yang bervariasi berbasis comprehensible input.

Keenam, berikan umpan balik yang bersifat kualitatif, jangan nilai angka melulu, untuk memotivasi siswa untuk belajar bukan untuk menghukum. Biasakan siswa melakukan penilaian diri (self assessment), penilaian antar teman (peer assessment). Laporankan kemajuan belajar dan pencapaian siswa secara sederhana dan seinformatif mungkin.

Ketujuh, maklumi bila terjadi kesalahan dalam belajar. Jika terjadi kesalahan, komunikasikan, dan dicarikan jalan keluar. Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran, penerapan, serta kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam.

Salam sehat, selamat berkarya disaat pandemi sedang ‘membara’. Semoga kita diberi kekuatan, aamiin! 

*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah


Penulis: Amri Ikhsan
Editor: Ikbal Ferdiyal



comments