KERINCI - Di tengah ancaman perambahan, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat masih menjadi salah satu lokasi terbaik untuk pelepasliaran satwa liar. Dua harimau sumatera diangkut dari Sumatera Utara untuk dilepas di Kerinci.
Tiba di Kerinci, satu ekor “datuk” bernama Surya Manggala sudah dilepasliarkan di zona inti TNKS pada Selasa (7/6). Sementara satu ekor lagi bernama Citra Kartini, tertunda pelepasannya karena cuaca buruk.
Baca juga : Dua Harimau Sumatera Dilepasliarkan di Kawasan TNKS Menggunakan Helikopter
Citra akan dibebaskan ke alam liar pada Rabu (8/6). Pelaksana Harian Kepala BB TNKS Kerinci Teguh Ismail menyatakan, pelepasan dilakukan di lokasi yang sudah dirsurvei timnya.
Katanya, ada kajian untuk mencari kesesuaian habitatnya. “Kita juga mempertimbangkan lokasi yang bisa didarati heli. TNKS memang habitat yang amat cocok dan layak untuk harimau sumatera,” jelasnya.
Surya Manggala dan Citra Kartini diangkut dari Sanctuary Harimau Barumun lewat jalur darat. “Perjalanan dari Barumun melalui Kotanopan hingga Bukittinggi, lalu ke Bandara Depati Parbo,” ujar Plt Kepala BB BKSDA Sumut Irzal Azhar, Selasa (7/6).
Baca juga : Heli Citra Kartini Dihadang Kabut
Dari bandara, Surya diangkut menggunakan helikopter dengan metode longline. Kandang dibuat menyesuaikan kebutuhan teknis pengangkutan oleh helikopter.
Ditanya lokasi persis pelepasan, Irzal menolak menyebutkan. “Dilepasliarkan di zona inti TNKS. Kami tidak bisa menyebutkan titik koordinatnya. Lokasi sudah disurvei dan memang cocok untuk habitat harimau sumatera,” katanya.
Di TNKS, kata dia, baru sedikit harimau yang dilepasliarkan. Sementara ketersediaan pakannya berlimpah. Sedianya, lokasi pelepasan Surya dan Citra berjarak sekitar 15 kilometer.
“Yang satu ekor, harimau Citra Kartini, akan dilepas Rabu (8/6) pagi karena hari ini terkendala cuaca buruk,” tegasnya.
Sebelum dilepas, kedua “kucing besar” itu sudah menjalani pemeriksaan medis. Anhar Lubis, salah satu dokter pemeriksa, menjelaskan bahwa harimau Surya Manggala dan Citra Kartini dalam kondisi sehat.
“Tidak terdapat luka atau cacat fisik. Seluruh individu menunjukkan respon yang baik terhadap lingkungan serta tidak ditemukan gangguan pada pergerakan,” jelasnya.
Setelah dilepas pun, pergerakan harimau tersebut tetap dipantau melalui GPS collar yang dipasang pada kedua individu tersebut. “Untuk menganalisa dan mengevaluasi secara berkala kedua harimau itu,” ujarnya.
Harimau sumatera dikategorikan ke dalam satwa liar yang terancam punah (critically endangered). Survei menunjukkan populasinya di Indonesia sekitar 600-an ekor –sekitar 180-an ekor berada di Jambi.
Kepala BKSDA Jambi Rahmad Saleh menyebutkan, dari jumlah 180-an ekor itu, sebagian besar (sekitar 150 ekor) hidup di dalam TNKS --yang sebagian besarnya juga berada di wilayah Jambi.
Sebagian lagi hidup di Taman Nasional Berbak-Sembilang (TNBS), yakni sekitar 25 ekor dan lainnya dapat ditemukan di areal konsesi PT Reki di Batanghari.
Jumlah yang hidup di taman nasional lainnya, seperti Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Taman Nasional Bukit Duabelas, belum terdata.