MUARATEBO - Laga babak semifinal Gubernur Cup 2023 antara PS Tebo menghadapi PS Bungo, Selasa (24/1), masih menyisakan persoalan.
Laga itu sendiri dimenangi PS Tebo dengan skor tekah 5-2, sehingga mereka berhak melaju ke babak final.
Namun laga tersebut sempat diwarnai protes dari PS Bungo. Penyebabnya, menjelang akhir laga PS Tebo sempat bermain dengan 12 orang pemain.
Ketua Komite Wasit Asprov PSSI Jambi, Arie Dwi Debrata kepada wartawan, mengakui jika 12 orang pemain PS Tebo sempat berasa di dalam lapangan pada laga tersebut.
Baca juga : Tuding PS Tebo Turunkan 12 Pemain, PS Bungo Ajukan Protes ke Asprov PSSI
Arie menyebutkan peristiwa itu terjadi pada menit 87 saat kedudukan 4-2 untuk keunggulam PS Tebo.
Awalnya, offisial PS Tebo bermaksud untuk mengganti pemain dengan nomor punggung 10. Namun tiba-tiba, pemain nomor punggung 8 Wawan Andika cidera dan harus dibawa ke luar lapangan.
Terkait hal ini, asisten pelatih PS Tebo lantas mengkonfirmasi kepada wasit cadangan apakah boleh pemain nomor 10 tidak jadi diganti, tapi ditukar dengan pemain nomor 8 yang cidera.
Setelah disetujui, offisial PS Tebo akhirnya memasukkan pemain baru untuk menggantikan Wawan Andika.
Namun pergantian pemain itu tidak diketahui oleh Wawan Andika. Setelah mendapatkan perawatan, ia kembali masuk ke dalam lapangan tanpa sepengetahuan wasit maupun offisial pertandingan.
Kejadian itu baru diketahui pada menit ke 88, atau setelah Wawan Andika berada di dalam lapangan selama lebih kurang 1 menit. Ia pun kemudian dipanggil offisial PS Tebo untuk keluar lapangan.
"Dia (Wawan Andika, red) berada di lapangan selama lebih kurang 1 menit. Namun ia tidak menyentuh bola ataupun mencampuri pertandingan," beber Arie.
Arie juga menegaskan jika keberadaan Wawan Andika di dalam lapangan merupakan tindakan tidak sportif. Ia pun akhirnya mendapatkan kartu kuning setelah wasit mengetahui kejadian tersebut.
PS Bungo sendiri baru mengetahui ada 12 pemain Tebo di dalam lapangan setelah wasit memberikan kartu kuning kepada Wawan Andika. Mereka pun lantas melakukan protes, hingga akhirnya wall out dari pertandingan.
"Di tahun 2018 juga pernah kejadian seperti itu, dan memang betul-betul humanerror. Itu dalam pelanggaran low of the game bukan pelanggaran disiplin," beber Arie.
Menyikapi persoalan ini, Arie mengatakan pihaknya melakukan penilaian seobjektif mungkin. "Makanya kita perlu keterangan dari kedua belah pihak, bukan satu pihak saja," pungkasnya.