Kamis, 30 Maret 2023

TV Digital Tak Sentuh Pelosok

Migrasi dari Analog Tidak Atasi Masalah Blank Spot

Senin, 07 November 2022 | 07:03:28 WIB


/

JAMBI - Pemberlakuan siaran televisi digital dan penghentian siaran analog atau Analog Switch Off (ASO) tidak berpengaruh banyak bagi warga di pelosok desa Provinsi Jambi. Sebagian besar wilayah desa tidak tersentuh sinyal UHF, “target” utama migrasi siaran analog ke digital.

“Jadi, pertanyaan saya, apakah dengan migrasi ke digital ini trus daerah kami langsung bisa dapat siaran TV UHF yang selama ini tidak dapat?” ujar Wandi AP (33), warga Sangir, Kecamatan Kayuaro, Kerinci.

Sebagian besar warga Kayuaro, Kayuaro Barat, dan Gunung Tujuh, tidak pernah bisa menonton siaran televisi dengan antena UHF walau ada menara UHF milik TVRI.

Apalagi stasiun televisi swasta, misalnya Jek TV, atau swasta nasional seperti Kompas TV, sama sekali tidak bisa ditonton dengan antena UHF. “Kami menonton televisi di sini pakai parabola atau TV kabel,” tambah petani sayuran ini.

Menurut dia, siaran TV UHF pada dasarnya sangat penting, terutama untuk siaran olahraga, misalnya sepak bola. Namun, karena tidak ada sinyal alias blank spot, maka mau tidak mau warga membeli parabola dengan receiver yang menyiarkan acara sepakbola.

“Atau langganan TV kabel yang ada siaran bola yang dicari,” katanya. Oleh karena itu, tambah Wandi, ketika orang-orang sibuk dengan wacana migrasi ke siaran digital, dia dan keluarganya acuh tidak acuh saja.

Afif, warga Kerinci lainnya, juga tidak terlalu mempedulikan apalagi khawatir dengan migrasi siaran televisi dari analog ke digital. “Selama ini sebagian besar wilayah Kerinci tidak bisa menangkap siaran televisi telestrial UHF,” ujarnya. 

Seperti Wandi, dia juga menggunakan TV satelit atau parabola, sementara warga lainnya berlanggaran TV kabel. “Pakai pakai parabola susahnya pas siaran sepak bola, pasti diacak. Kalau TV kabel masih dapat,” ungkapnya.

Pejabat Pengelolaan Komunikasi dan Media Publik Diskominfo Kerinci Duwi Saswanto mengaku belum mendapat petunjuk dari pemerintah pusat atau pemerintah provinsi soal siaran digital. Sebab, di Kerinci belum ada stasiun siaran terestrial.

“Di Kerinci dan Kota Sungaipenuh cuma ada pemancar TVRI. Belum ado pemancar TV yang lain,” ujarnya singkat, Minggu (6/11/2022).

Di Tanjab Barat, migrasi ke digital ini juga disambut dingin. Kabid Pengelohan Informasi dan Opini Publik Diskominfo Tanjab Barat Puji Hartono menjelaskan hasil survei yang menunjukkan tidak ada warga Tanjab Barat menggunakan TV UHF.

Masyarakat Tanjab Barat, kata dia, menerima siaran televisi dengan antena payung atau parabola dan saluran TV kabel. “Hasil survei kita, tidak ada yang menggunakan antena UHF,” tegasnya, Minggu (6/11/2022).

Diakuinya, ada satu stasiun televisi yang selama ini bersiaran di jalur UHF, yakni TVRI. “Kita sudah menyurati Kementerian, tidak ada yang menggunakan analog (UFH, red),” ujarnya.

Karena iru, pihaknya juga meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informasi memperluas jaringan TV UHF pasca digitaliasi, sehingga bisa diterima lebih luas. “Bantuan set top box (STB) tidak ada, karena tidak ada yang gunakan,” tandasnya

Di Bungo, salah satu stasiun televisi swasta yang bermain di jalur UHF adalah Bungo TV. Hanya saja, kata General Manager Bungo TV Bambang, migrasi ke digital belum bisa dilakukan karena belum ada pemasangan MUX atau perangkat multiplexing untuk siaran digital.

Karena itu, kata dia, banyak daerah di Bungo masuk blank spot atau tidak bisa menerima siaran televisi berbasis UHF. “Jika nanti sudah ada pengalihan dari analog ke digital, siaran Bungo TV dapat diterima di seluruh dusun dengan antena UHF ditambah STB,” ujarnya.

Dia menjelaskan, siaran televisi melalui antena parabola atau TV kabel yang bersumber dari siaran televisi parabola tidak terkena pengaruh apa pun atas pengalihan siaran analog ke digital.

Wakil Ketua KPID Provinsi Jambi Asriyadi mengatakan, Analog Switch Off (ASO) di Jambi seharusnya dimulai pada 2 November 2022, bersamaan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Artinya, pada tanggal tersebut otomatis semua siaran UHF hanya bisa diterima dengan antena digital.

Bila pesawat televisi belum dilengkapi dengan perangkat penerima siaran digital, warga bisa menambahkan set top box atau STB. Hanya saja, tambah Asriyadi, pemerintah merevisi kebijakan sehingga ASO hanya berlaku di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) saja.

“Untuk di luar Jabodetabek masih berlangsung secara simulcast, yakni semuanya berjalan. Analog jalan, digital juga jalan,” kata mantan wartawan ini kepada Metro Jambi, Minggu (6/11/2022).

Jadwal semula untuk Jambi, ASO diberlakukan tiga tahap. Tahap pertama pada 30 April 2022, yakni untuk Kabupaten Batanghari, Muarojambi, Kota Jambi dan Sarolangun. Tahap kedua pada 25 Agustus 2022, meliputi Tanjab Timur, Tanjab Barat, Tebo, Bungo dan Merangin.

Untuk Tahap ketiga pada 2 November 2022, yaitu meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh.  Nyatanya, sampai kini siaran analog masih bisa dinikmati di Jambi bersamaan dengan siaran digital.

Asriyadi menjelaskan, memasuki era siaran digital, semua stasiun televisi swasta harus mennyewa Singlemux kepada stasiun operator yang sudah ditentukan melalui lelang. Operator tersebut adalah TVRI, Grup Trans7, dan Grup Indosiar.

Di Jambi, Singlemux dibagi tiga Zona. Stasiun bisa memilih di zona mana siaran mereka bisa dinikmati. Misalnya, Jek TV atau Jambi TV memilih siaran mereka hanya untuk diakses di Zona I saja, maka mereka akan menyewa hanya Zona I.

Zona I meliputi Kota Jambi, Muarojambi, Batanghari dan Sarolangun. Kalau ingin siaran mereka dapat diterima di Bungo atau Tebo, maka harus menyewa Singlemux untuk zona lain. “Ini berbeda dari parabola yang langsung satelit,” ujarnya.

Asriyadi mengakui, tidak semua pelosok desa bisa dijangkau oleh siaran televisi digital walau sudah pakai STB, sebab tidak semua pelosok bisa dijangkau siaran UHF.  “Misalnya di Sarolangun, bisa jadi di Batangasai tidak sampai sinyal UHF. Solusinya parabola lah,” ujarnya.


Penulis: Dedi/Eko/Tri/Fahmi/Joni Rizal
Editor: Joni Rizal


TAGS:


comments